Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Semua orang berhrap bahwa seharusnya air diperlakukan secara bijak, dan dijaga terhadap cemaran. Oleh karenanya dengan segala ketebatasan sumber air yang ada di Kabupaten Merauke, satu-satunya yang diharapkan selama ini hanya sumber air Rawa Biru.
Rawa Biru termasuk danau tadah hujan. Semua habitat yang hidup disana termasuk manusia bergantung padanya. Terhitung terdapat banyak hewan, tumbuhan yang hidup di daerah sekitar Rawa Biru, teridentifikasi ada 80 jenis binatang. Diantaranya endemic Papua, seperti kangguru lapang (Marcopulus agilis), kangguru hutan (Dacopis veterum), kangguru bush (Tylogale brujini), dan musang hutan (Dasyurus spartatus). Kerap Rawa Biru juga disebut sebagai penyangga bagi lingkungan dan manusia yang ada di Kabupaten Merauke. Karena Rawa Biru adalah salah satu sumber air yang tidak pernah kering.
Tetapi akhir-akhir ini terdengar sedikit banyak keluhan dari masyarakat sekitar bahwa kurangnya air bersih disekiar mereka. Contohnya saja sejumlah warga yang mendiami desa Rawa Biru mengeluhkan pemanfaatan air Rawa Biru yang tidak dapat merasakan air bersih karena dilakukan pengolahan oleh pihak instansi terkait.
Masalah lingkungan terkait keberadaan air permukaan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Rawa Biru – Torasi telah mengalami penurunan debit air. Antara lain disebabkan oleh pengambilan air yang makin banyak di musim kemarau, pembangunan tanggul jalan trans Irian dan meningkatnya lahan terbuka. Pengambilan air adalah untuk kebutuhan masyarakat. Sedangkan pembangunan tanggul jalan Trans Irian sebaliknya malah menutup aliran permukaan anak sungai dari sungai Torasi. Ini menyebabkan berkurangnya recharge area. Kondisi tersebut diikuti dengan perubahan lingkungan dalam DAS (Daerah Aliran Sungai). Akhirnya menyebabkan pendangkalan rawa, menurunnya debit, serta penurunan kualitas dan kuantitas air.
Disamping itu juga, Kerusakan lingkungan merupakan salah satu penyebab berkurangnya sumber air bersih. Abrasi pantai menyebabkan rembesan air laut ke daratan, yang pada akhirnya akan mengontaminasi sumber air bersih yang ada di bawah permukaan tanah. Pembuangan sampah yang sembarang di sungai juga menyebabkan air sungai menjadi kotor dan tidak sehat untuk digunakan. Pembabatan hutan dan penebangan pohon yang mengurangi daya resap tanah terhadap air turut serta pula dalam menambah berkurangnya asupan air bersih ini. Selain itu pendistibusian air yang tidak merata juga ikut andil dalam permasalahan ini.
Selain daerah rawa, sungai merupakan potensi sumber air minum jangka panjang. Tiga sungai besar yang sangat potensial adalah sungai Maro, sungai Bian, dan sungai Digul. Air pada sumber-sumber ini, sebaiknya tidak diambil secara besar-besaran, mengingat posisinya yang rentan terhadap adanya intrusi air laut.
Masyarakat pada umumnya tidak memahami prinsip perlindungan sumber air minum tingkat rumah tangga, maupun untuk skala lingkungan. Sedangkan sumber air baku dalam hal ini danau Rawa Biru, di fungsikan berbagai macam kegiatan sehari-hari, termasuk digunakan untuk mandi, cuci, dan lain-lain. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa air hanya urusan pemerintah atau PDAM saja, sehingga tidak tergerak untuk mengatasi masalah air minum secara bersama.
Air sebagai aset kehidupan perlu dijaga sebagai wujud kecintaan terhadap kehidupan. Pemanfaatan air yang tidak terarah menimbulkan bencana bagi kehidupan. Kolaborasi antara disiplin ilmu dan lembaga akan memberikan sinergi yang saling memberi manfaat sehingga kepentingan terhadap air yang saling bersebrangan dapat dihindarkan.
Sumber-sumber air semakin tercemar karena penggunaanya yang melebihi kapasitasnya untuk dapat diperbaharui. Kalau kita tidak mengadakan perubahan radikal dalam cara kita memanfaatkan air, mungkin saja suatu ketika air tidak lagi dapat digunakan tanpa pengolahan khusus yang biayanya melewati jangkauan sumber daya ekonomi bagi kebanyakan daerah.
Oleh karena itu, kejadian krisis air bersih yang melanda Kabupaten Merauke merupakan pekerjaan pemerintah dan masyarakat untuk mengatasinya. Dan generasi muda yang ada saat ini yang bertanggung jawab untuk menjaga lingkungan agar tidak tercemar. Karena masyarakat berharap agar Rawa Biru tetap terjaga dan tetap menyediakan air untuk warga di Kota Merauke dan sehingga anak cucu mereka masih dapat menikmati air bersih dari Rawa Biru.
(By Ririn Anjarwani)
Rawa Biru termasuk danau tadah hujan. Semua habitat yang hidup disana termasuk manusia bergantung padanya. Terhitung terdapat banyak hewan, tumbuhan yang hidup di daerah sekitar Rawa Biru, teridentifikasi ada 80 jenis binatang. Diantaranya endemic Papua, seperti kangguru lapang (Marcopulus agilis), kangguru hutan (Dacopis veterum), kangguru bush (Tylogale brujini), dan musang hutan (Dasyurus spartatus). Kerap Rawa Biru juga disebut sebagai penyangga bagi lingkungan dan manusia yang ada di Kabupaten Merauke. Karena Rawa Biru adalah salah satu sumber air yang tidak pernah kering.
Tetapi akhir-akhir ini terdengar sedikit banyak keluhan dari masyarakat sekitar bahwa kurangnya air bersih disekiar mereka. Contohnya saja sejumlah warga yang mendiami desa Rawa Biru mengeluhkan pemanfaatan air Rawa Biru yang tidak dapat merasakan air bersih karena dilakukan pengolahan oleh pihak instansi terkait.
Masalah lingkungan terkait keberadaan air permukaan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Rawa Biru – Torasi telah mengalami penurunan debit air. Antara lain disebabkan oleh pengambilan air yang makin banyak di musim kemarau, pembangunan tanggul jalan trans Irian dan meningkatnya lahan terbuka. Pengambilan air adalah untuk kebutuhan masyarakat. Sedangkan pembangunan tanggul jalan Trans Irian sebaliknya malah menutup aliran permukaan anak sungai dari sungai Torasi. Ini menyebabkan berkurangnya recharge area. Kondisi tersebut diikuti dengan perubahan lingkungan dalam DAS (Daerah Aliran Sungai). Akhirnya menyebabkan pendangkalan rawa, menurunnya debit, serta penurunan kualitas dan kuantitas air.
Disamping itu juga, Kerusakan lingkungan merupakan salah satu penyebab berkurangnya sumber air bersih. Abrasi pantai menyebabkan rembesan air laut ke daratan, yang pada akhirnya akan mengontaminasi sumber air bersih yang ada di bawah permukaan tanah. Pembuangan sampah yang sembarang di sungai juga menyebabkan air sungai menjadi kotor dan tidak sehat untuk digunakan. Pembabatan hutan dan penebangan pohon yang mengurangi daya resap tanah terhadap air turut serta pula dalam menambah berkurangnya asupan air bersih ini. Selain itu pendistibusian air yang tidak merata juga ikut andil dalam permasalahan ini.
Selain daerah rawa, sungai merupakan potensi sumber air minum jangka panjang. Tiga sungai besar yang sangat potensial adalah sungai Maro, sungai Bian, dan sungai Digul. Air pada sumber-sumber ini, sebaiknya tidak diambil secara besar-besaran, mengingat posisinya yang rentan terhadap adanya intrusi air laut.
Masyarakat pada umumnya tidak memahami prinsip perlindungan sumber air minum tingkat rumah tangga, maupun untuk skala lingkungan. Sedangkan sumber air baku dalam hal ini danau Rawa Biru, di fungsikan berbagai macam kegiatan sehari-hari, termasuk digunakan untuk mandi, cuci, dan lain-lain. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa air hanya urusan pemerintah atau PDAM saja, sehingga tidak tergerak untuk mengatasi masalah air minum secara bersama.
Air sebagai aset kehidupan perlu dijaga sebagai wujud kecintaan terhadap kehidupan. Pemanfaatan air yang tidak terarah menimbulkan bencana bagi kehidupan. Kolaborasi antara disiplin ilmu dan lembaga akan memberikan sinergi yang saling memberi manfaat sehingga kepentingan terhadap air yang saling bersebrangan dapat dihindarkan.
Sumber-sumber air semakin tercemar karena penggunaanya yang melebihi kapasitasnya untuk dapat diperbaharui. Kalau kita tidak mengadakan perubahan radikal dalam cara kita memanfaatkan air, mungkin saja suatu ketika air tidak lagi dapat digunakan tanpa pengolahan khusus yang biayanya melewati jangkauan sumber daya ekonomi bagi kebanyakan daerah.
Oleh karena itu, kejadian krisis air bersih yang melanda Kabupaten Merauke merupakan pekerjaan pemerintah dan masyarakat untuk mengatasinya. Dan generasi muda yang ada saat ini yang bertanggung jawab untuk menjaga lingkungan agar tidak tercemar. Karena masyarakat berharap agar Rawa Biru tetap terjaga dan tetap menyediakan air untuk warga di Kota Merauke dan sehingga anak cucu mereka masih dapat menikmati air bersih dari Rawa Biru.
(By Ririn Anjarwani)